Tips Mengelola Forum Publik agar Tetap Aktif dan Inklusif

Forum publik bisa jadi ruang yang sangat powerful kalau dikelola dengan benar. Ia bukan sekadar tempat orang berkumpul, tapi wadah ide, kolaborasi, dan pengambilan keputusan yang berdampak langsung ke kehidupan warga. Tapi kenyataannya, banyak forum publik yang awalnya semangat, lalu sepi perlahan-lahan. Ada yang karena isinya itu-itu aja, ada juga karena hanya diisi segelintir orang.

Nah, agar forum publik tetap hidup dan bisa diakses semua kalangan, dibutuhkan pendekatan yang aktif sekaligus inklusif. Artikel ini akan membahas tips mengelola forum publik aktif inklusif, mulai dari strategi praktis hingga insight yang sering terlewat.


Apa yang Dimaksud Forum Publik Aktif dan Inklusif?

Sebelum masuk ke tips, mari samakan persepsi dulu.

Aktif artinya forum tersebut tidak pasif atau hanya muncul saat ada agenda formal. Ia terus bergerak, membahas hal-hal relevan, dan menghasilkan tindak lanjut nyata.

Inklusif artinya forum ini terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang sosial, pendidikan, gender, usia, atau status ekonomi. Semua punya ruang untuk didengar dan dihargai.

Jadi, bukan cuma ramai, tapi juga sehat dan berdaya.


Kenapa Banyak Forum Gagal Bertahan?

Meski semangat awalnya bagus, banyak forum yang akhirnya mati suri. Beberapa penyebab umum yang sering muncul:

  • Hanya diisi segelintir orang yang “itu-itu aja”
  • Topik diskusi tidak relate dengan kehidupan warga
  • Kurangnya ruang untuk kelompok rentan atau minoritas
  • Forum terlalu formal dan kaku, bikin orang enggan ikut
  • Tidak ada tindak lanjut dari diskusi yang sudah terjadi

Kalau tidak dikelola dengan tepat, forum bisa terasa membosankan, tidak ramah, bahkan menyingkirkan sebagian pihak.


Tips Mengelola Forum Publik agar Tetap Hidup dan Terbuka

Berikut beberapa strategi yang bisa kamu terapkan untuk menjaga forum tetap aktif, dinamis, dan merangkul semua kalangan:

1. Buat Forum Jadi Relevan dengan Kehidupan Sehari-hari

Jangan hanya bahas topik berat seperti peraturan atau anggaran. Sisipkan juga tema ringan tapi penting, seperti:

  • Cara kelola sampah rumah tangga
  • Strategi hemat belanja bulanan
  • Edukasi digital dan penipuan online
  • Tips parenting atau kesehatan keluarga

Kalau topiknya nyambung, orang akan merasa forum itu bagian dari hidup mereka.

2. Gunakan Format yang Variatif dan Menyenangkan

Forum nggak harus selalu rapat dengan notulen. Bisa juga dalam bentuk:

  • Diskusi santai sambil ngopi
  • Mini workshop atau sesi sharing
  • Forum daring lewat Zoom atau live Instagram
  • Polling ringan di grup WhatsApp
  • Nonton bareng film dokumenter dan diskusi

Variasi ini bikin forum terasa lebih manusiawi dan tidak membosankan.

3. Libatkan Berbagai Kelompok: Jangan Elitis

Pastikan forum terbuka untuk:

  • Perempuan dan ibu rumah tangga
  • Anak muda dan remaja
  • Disabilitas dan lansia
  • Warga dengan pekerjaan nonformal
  • Warga baru di lingkungan

Bisa dilakukan dengan cara menyediakan aksesibilitas (contoh: teks besar untuk lansia), waktu yang ramah ibu rumah tangga, atau ruang khusus untuk anak muda bicara.

4. Dorong Partisipasi, Bukan Dominasi

Kadang forum didominasi oleh tokoh tertentu. Supaya semua bisa bicara, kamu bisa:

  • Gunakan sesi “ronda pendapat”, setiap orang wajib kasih pandangan
  • Pakai sistem sticky note atau kertas anonim untuk mereka yang malu bicara
  • Beri waktu khusus untuk kelompok rentan menyampaikan opini
  • Hindari interupsi atau komentar meremehkan saat orang bicara

Ini akan membangun rasa aman dan saling menghargai di dalam forum.

5. Dokumentasikan dan Tindaklanjuti dengan Serius

Forum yang cuma “ngobrol doang” lama-lama ditinggalin. Pastikan setiap diskusi ada hasil:

  • Dokumentasikan poin-poin penting secara ringkas
  • Sampaikan hasil ke grup atau papan informasi warga
  • Buat list tindak lanjut, siapa yang bertanggung jawab dan kapan
  • Update progresnya secara rutin di forum berikutnya

Transparansi seperti ini bikin warga merasa dihargai dan percaya forum bukan cuma formalitas.


Tools dan Media Pendukung Forum Publik

Di era digital, banyak alat gratis yang bisa bantu menjaga forum tetap aktif:

WhatsApp Group atau Telegram

Cocok untuk koordinasi cepat dan diskusi ringan sehari-hari. Pastikan adminnya aktif dan aturan grup jelas.

Google Form dan Mentimeter

Untuk survei cepat, voting isu prioritas, atau evaluasi forum secara anonim.

Canva dan Google Slides

Untuk membuat ringkasan hasil forum dalam bentuk visual yang gampang dipahami.

Zoom, Google Meet, atau Jitsi

Kalau forum mau digelar daring. Jitsi cocok karena ringan dan tanpa login.

Notion, Trello, atau Google Docs

Untuk menyusun rencana aksi, tracking progres, dan mengatur peran warga dalam forum.


Contoh Forum Publik yang Inklusif dan Berkelanjutan

Forum Lingkungan RW 10, Solo

Forum ini membagi peran ke tiap RT untuk urus topik tertentu. Ada yang fokus sampah, ada yang ke tanaman obat, dan ada yang edukasi warga. Format forumnya bergilir, dari rapat, workshop, sampai tur edukatif.

Forum Remaja Kampung Digital, Malang

Komunitas remaja yang bikin forum daring soal literasi digital. Diskusinya santai, tapi rutin, dan berhasil bikin warga lebih melek soal keamanan data dan hoaks.

Forum Ibu-Ibu Kreatif, Bogor

Berawal dari arisan, sekarang rutin bikin forum dengan tema seputar ekonomi rumah tangga dan parenting. Formatnya lesehan, pakai camilan, dan penuh tawa—tapi hasil diskusinya tetap ditindaklanjuti ke pengurus RW.


Forum Bukan Tentang Banyaknya Orang, Tapi Dampaknya

Mengelola forum publik itu bukan soal ramai-ramai saja, tapi soal konsistensi, keterbukaan, dan rasa milik bersama. Kalau semua merasa punya ruang dan dihargai, forum akan tumbuh jadi tempat yang sehat untuk bertukar ide dan membangun lingkungan.